RAHASIA PENEMUAN MANUSKRIP INJIL DIDACHE 4
PART 5 BIBLE DIDACHE |
Adam, pada saat membuktikan bahwa Didache berasal dad
Suria, mengatakan bahwa terjemahan Didache yang berbahasa Koptik berasal dari
naskah berbahasa Suryani yang sudah hilang. Dia menambahkan, Didache beredar dan
populer dengan cepat di Mesir seperti halnya banyak karya sastra lain di gereja
Kristen pertama, seperti Injil St. Lukas, setelah teks Didache dalam bentuknya
yang terakhir diubah agar sesuai dengan terjemahan Koptik dan Etiopia.
Pengubahan itu dapat kita lihat dengan jelas pada pasal 9: 4, "Sebagaimana roti
yang dipecah-pecah disebarkan di atas gunung, kemudian dikumpulkan sehingga
menjadi satu, demikianlah disatukan gereja-Mu dari ujung bumi hingga
Kerajaan-Mu." Lafal 'di atas gunung' adalah pengubahan dan
penambahan terhadap teks asli Didache.
Demikianlah, Didache menjadi objek pertentangan para
peneliti, sebagian menyatakan ia ditulis di Mesir, sebagian lain menyatakan ia
ditulis di Siria. Di atas tumpukan kajian yang sangat banyak tersebut, yang
dapat kita lakukan hanyalah membaca teks Didache secara cermat, untuk menangkap
keindahan gereja pertama sebagai kelompok yang sederhana
yang diikat oleh rasa kasih, sayang, dan harmoni, baik di Mesir maupun di Siria.
Gereja pertama itu adalah sebuah gereja kudus apostolis, disatukan oleh satu
ekaristi, tubuh AI-Masih bagi kehidupan abadi.
Sedangkan pendapat bahwa Didache
ditulis di Palestina, ditolak oleh orang-orang menggarisbawahi tiadanya
ajaran-ajaran St. Paulus di dalam Didache. Tetapi, jika benar Didache merupakan
karya yang ditujukan kepada orang-orang yang belum dibaptis, maka itu cukup
untuk menjelaskan tiadanya ajaran-ajaran St. Paulus di
dalamnya.
Identitas Penulis
Semua usaha untuk menemukan identitas penulis Didache tidak
berhasil, terutama karena kurangnya data tentang hal ini yang kita milikl
sekarang. Asumsi yang paling mendekati kenyataan adalah ia ditulis oleh seorang
Kristen Yahudi (Jewish Christian), atau paling tidak oleh
orang Kristen yang berasal dari penganut agama Yahudi,
karena ia menyebutkan makanan yang diharamkan Perjanjian Lama, yang tidak
berubah sampai sekarang kecuali tentang keharaman makanan persembahan bagi
berhala; Dan, karena ia mencela kemunafikan orang-orang Farisi, seolah-olah ia
bergaul dan mengenal mereka.
Penulis mengarahkan bukunya
kepada orang yang dia sebut anaknya, karena ia sering mengulang kata
'Wahai anakku.' Dia juga menerangkan beberapa
aktifitas gereja pertama yang didirikan orangorang Kristen yang hidup pada awal
abad kedua Masehi, terutama tata cara ibadah mereka. Karena itu, kita tidak
dapat memandang naskah ini sebagai bukti yang pasti tentang iman gereja secara
umum pada masa itu, apalagi Didache segera menghilang dari
peredaran.
J.P Audet berpendapat bahwa
penulis ini mungkin sama dengan penulis L.e Vademacum bagi salah seorang Rasul
yang berkeliling di gereja pertama.108]
Bagaimanapun keadaannya,
Rasul yang berkeliling ini telah melakukan dengan cermat ajaran tentang
Rasul-rasul yang berkeliling yang terdapat di dalam Didache pasal l l :
3-6.
Akan tetapi, kajian-kajian modem
tidak menyetujui pendapat Audet.
Bahwa penulis Didache adalah
lebih dari satu orang, atau lebih dari satu penulis yang menulis buku itu dalam
dua periode: Pertama, menulis pasal 1: 1 sampai pasal 11: 2;
Kedua, menulis pasal 11: 3 sampai 16: 8. Alasannya, Didache pasal l 1-13
tidak mungkin ditulis orang yang menulis pasal 1415. Dengan demikian, kita tidak
dapat menisbahkan semua pasal Didache pada satu orang
penulis.
Penerima Didache
Bagian pertama teks Didache
- yaitu bagian tentang akhlak -
mengisyaratkan pada seorang
guruyang memberikan nasehat kepada anak atau muridnya. Sementara bab 4: 2 yang
menyatakan, "Berusahalah setiap hari untuk bertemu dengan orang-orang kudus
supaya kamu terhibur oleh kata-kata mereka," menunjukkan adanya jemaat Kristen
yang di dalamnya terdapat orang-orang kudus yang ketakwaannya populer di
kalangan mereka. Selain membedakan antara guru yang memberi nasehat
dengan murid yang mendengarkannya, bagian ini juga menunjukkan adanya jemaat
Kristen yang berdomisili pada satu tempat dalam waktu yang cukup lama yang
memungkinkan munculnya generasi orang tua dan generasi anak-anak. Tetapi, awal
pasal 7 memperlihatkan bahwa kitab Didache adalah Surat yang ditujukan kepada
sekelompok jemaat yang pada awalnya belum memiliki aturan gereja tertentu.
Fungsi-fungsi liturgis jemaat itu belum dilakukan oleh
abdi-abdi gereja yang tetap. Itulah yang kita lihat pada pasal 15, di mana untuk
pertama kali muncul tingkatan uskup dan diakon, yang secara perlahan-lahan
menempati posisi Rasul-rasul, pengabar-pengabar gembira, dan Nabi-nabi yang
berpindah-pindah dan tidak menetap di satu tempat; untuk memikui tugas-tugas
tersebut pada periode awal sejarah gereja.
Jika bagian pertama Didache sangat terpengaruh oleh ajaran
Yahudi, maka istilah `uskup' dan `diakon' (pasal 15:1) menegaskan bahwa jemaat
yang dikirimi karya sastra ini adalah orang-orang mukmin yang sebelumnya tidak
mengenal Tuhan, sebab jika kita menemukan istilah uskup dan diakon pada masa
apostolis - tanpa menyebut istilah tetua - maka itu menunjukkan kita sedang berhadapan
dengan jemaat Masehi yang terbentuk dari bangsa-bangsa non-Yahudi atau bangsa
yang tidak mengenal Tuhan.
Dengan demikian, jelas bahwa Didache dikirimkan kepada
jemaat Kristen yang berasal dari bangsa yang tidak mengenal Tuhan. Hal ini tidak
menghalangi kemungkinan pasal 7-16 mengisyaratkan kepada penulis Kristen Yahudi,
sebab terlalu berlebihan bila kita mengatakan bahwa awal pasal 8:1 dan 2
memperlihatkan karakter yang tidak dimiliki oleh penulis Kristen Yahudi.
Selain itu, kami nyatakan di sini bahwa pasa116 yang
menjelaskan penantian terhadap kedatangan Tuhan untuk kedua kalinya di kalangan
jemaat yang dikirimi Didache itu, mengungkapkan adat istiadat Yahudi yang telah
baku dan tertanam di dalam gereja Kristen pertama.
Ringkasnya, menurut kami, Didache adalah teks yang
menghimpun adat istiadat yang saling bertentangan yang diberikan formula baru
pada masa tertentu oleh penulis yang tidak kita ketahui yang sulit kita
tentukan, tetapi memiliki kekuasaan yang kuat terhadap sekelompok jemaat
Kristen yang mungkin berasal dari kalangan bangsa yang
tidak mengenal Tuhan. Karena itu, judul panjang Didache, yaitu "Ajaran Tuhan
kepada Bangsabangsa.", dengan tegas menjelaskan asumsi
tersebut.
Andresen, seorang sarjana Jerman,109]
membandingkan teks Didache 14: 3, "Karena Aku adalah raja yang agung, kata
Tuhan, dan nama-Ku dihormati semua manusia," dengan
nubuat Malakhi 1: 11, "Sebab nama-Ku
besar di antara bangsa-bangsa, firman Tuhan semesta alam," untuk menjelaskan
judul panjang Didache seperti ini, "Ajaran Tuhan Melalui Dua Belas Rasul kepada
Gereja Bangsa-bangsa."
|
Comments
Post a Comment