RAHASIA PENEMUAN MANUSKRIP INJIL DIDACHE 4
PART 3 |
Waktu
dan Tempat Penulisan Didache
Melalui kajian yang mendalam terhadap teks-teks Didache
untuk mengetahui waktu penulisannya, peneliti-peneliti modem memastikan bahwa
Didache ditulis pada abad pertama Masehi.104] Berdasarkan
apa yang telah kami paparkan pada bagian otentisitas teks Didache, menurut kami,
waktu penulisannya tidak mungkin melewati seperempat pertama abad k¢dua Masehi, dan apabila telah terbukti bahwa Didache lebih tua
daripada Surat Bamabas, maka ia tidak mungkin ditulis setelah tahun 120
M.
Teks-teks Didache secara intemal menunjukkan waktu
penulisannya.
1. Struktur bahasanya yang sederhana menunjukkan waktu
penulisannya, yaitu periode yang langsung mengikuti masa Rasul-rasul, atau yang
sekarang disebut sebagai periode apostolis. Sesungguhnya, kesederhanaan struktur
bahasa juga merupakan fakta yang sangat penting dalam mengkaji legalitas
kitab-kitab Perjanjian Baru.
2. Belum berkembangnya konsep agama Kristen di dalam teks
Didache merupakan akibat yang wajar dari belum berkembangnya heretisme pada masa
itu. Itulah yang ditegaskan oleh gaya bahasa naskah Didache. Agama Kristen pada
awalnya adalah pandangan hidup yang menjadi dasar bagi ajaran-ajaran para rasul,
dan semakin luas agama Kristen itu berkembang, semakin besar pula perjuangan
orang-orang Kristen melawan heretisme yang mereka hadapi.
3. Aturan gereja yang dikemukakan oleh Didache belum
serumit yang dikemukakan oleh Surat-surat St. Ignatius, karena di dalam Didache
disebutkan guru-guru yang berkeliling, yang disebut Didache sebagai Rasul-rasul
dan Nabi-nabi (pasal 10), dan keberadaan mereka tidak diakui lagi oleh gereja
setelah pertengahan kedua abad kedua Masehi, atau bahkan setelah seperempat
pertama kedua Masehi.
Dengan demikian jelas bahwa sejarah Didache lebih tua
daripada sejarah Surat-surat Ignatius.
Didache ditulis untuk jemaat Kristen yang tumbuh di
beberapa perkumpulan lokal yang sekarang tidak dapat kita ketahui lagi. Belum
berkembangnya format ajaran-ajaran yang ada di dalam naskah ini membuat kami
yakin bahwa karya sastra ini, dalam bentuknya yang terakhir, telah ditulis pada
akhir-akhir abad pertama Masehi. Naskah ini tidak mungkin ditulis pada masa
hidup Rasul-rasul yang kudus.
Selain itu, di dalam pasa116 naskah ini tidak ada petunjuk apa pun
tentang peristiwa hancurnya Yerusalem pada tahun 70 Masehi. Karena
itu, jika ia ditulis seorang Kristen Yahudi, seperti
dikatakan FX. Funk, sebagai kemungkinan yang paling mendekati kenyataan, maka
tidak disebutkannya peristiwa tersebut berimplikasi adanya
interval satu generasi, sehingga kita dapat membatasi periode penulisannya
antara tahun 80-100 Masehi.
Posisi naskah ini di dalam
Manuskrip Yerusalem adalah setelah Suratsurat Clementdari Romawi (The two
Epistles of Clement to the Corinthians) dan sebelum
Surat-surat Ignatius (Twelue Epistles of Ignatius). Itu boleh jadi
menandai urutan kronologis karya-karya tersebut. Selain itu, gaya bahasanya yang
sangat sederhana nyaris memastikan pendapat bahwa masa hidup penulisnya
sangatberdekatan dengan masa hidup Rasul-rasul.
Bryennios dan Harnack
menentukan waktu penulisan Didache antara tahun 120 sampai 160 Masehi. Mereka
mengatakan bahwa Surat Barnabas dan "Kitab Ar-Ra'i" karya Hermas ( "Shepherd
of Hermas" ) lebih dulu ditulis daripada Didache. Tetapi Funk, Schaff,
Light foot, dan Don Capoli menyatakan bahwa yang
ditulis lebih dahulu adalah Didache, yaitu pada akhir-akhir abad pertama Masehi,
atau antara tahun 70-90 Masehi. Mereka membuktikan pendapat itu dengan kandungan
pasal 7, 8, 10:1, dan 11: 3. Sedangkan Hilgenfeld menyatakan, waktu penulisan
Didache adalah antara tahun 160-190 Masehi. Para peneliti Inggris dan Amerika
pada umumnya menyatakan waktu penulisan Didache antara tahun 80120 Masehi.
Dengan demikian, kami menyimpulkan bahwa Didache ditulis pada akhir abad pertama
Masehi atau awal abad kedua Masehi.
Para peneliti berbeda
pendapat tentang tempat penulisan Didache. Kecenderungan untuk menyatakan bahwa
penulisnya adalah seorang Kristen Yahudi tidak cukup untuk menunjukkan tempat
penulisannya, apakah di Aleksandria, Antiokhia, Yerusalem, atau tempat-tempat
lain. Kesesuaiannya dengan Surat Bamabas menguatkan pendapat bahwa ia ditulis di
Mesir. Sebab doa penutup jamuan Ekaristi yang disebut Didache, "Karena engkaulah
yang memiliki kekuatan dan kemuliaan sampai selamalamanya," hanya menyebut kata
`kekuatan' dan `kemuliaan', dan doa yang seperti itu lebih populer di Mesir
daripada di tempat-tempat lain.105]
Harnack, R. Glover, R.A.
Kraft, dan Voobus dengan jelas menyatakan bahwa Didache ditulis di Mesir.106] Kajian-kajian mereka
menyatakan,
berbeda dengan teks-teks
Didache yang berbahasa Latin ("Doctrina Apostolorum"), Jerussalem Codex,
Apostolic Constitutions, banyak buktibukti klasik di dalam kitab Didache
memiliki akar Koptik atau Etiopia.
Tentang hal tersebut, kami
menambahkan, doa penutup jamuan (Didache, 8: 2) sesuai dengan doa penutup jamuan
yang terdapat di dalam terjemahan-terjemahan Koptik yang sangat klasik terhadap
Injil Matius. Dari sisi lain, St. Clement dari Aleksandria107] menganggap Didache sebagai salah satu teks
kanon. Hal ini menunjukkan bahwa karya ini telah beredar di Mesir di
gereja-gereja klasiknya (Lihat juga
Ar-Risalah AI-Fashihah:
29
karya Paus Athanasius Apostolis), selain Eusebius dari Caesarea menukil
berita-berita Didache dengan bersandar kepada ajaran bapa-bapa gereja
Aleksandria.
Akan tetapi, dari sisi lain,
para peneliti seperti Adam, J.P Audet, Diet, Knopf, daa lain-lain menyatakan
bahwa tempat penulisan Didache adalah Siria, dengan alasan kesesuaiannya dengan
"Apostolic Constitutions". Selain itu, kata `masehi' yang terdapatpada
pasal 4: 2 digunakan pertama kali di Antiokhia. Mereka
mengatakan, pasal 11-13 juga menegaskan bahwa Didache ditulis di Siria, lebih
khusus lagi di Siria Barat, di mana bahasa Yunani, yaitu bahasa yang digunakan
untuk menulis Didache, dominan. Alasannya, perbuatan-perbuatan buruk yang
disebutkan dalam bagian `dua jalan' (Didache, 2: 2 dan 3: 4) dengan jelas
menunjuk kepada masyarakat yang bercorak Hellenistik atau Yunani (Didache, 4:1).
Dengan demikian, pertama-tama, Didache ditujukan kepada masyarakat pedesaan dari
kalangan orang-orang yang tidak mengenal Tuhan yang masuk ke dalam ajaran
Kristen. Pasal 13 Didache juga menegaskan hal ini.
Tetapi, kita tidak dapat
memastikan bahwa Didache berasal dari Antiokhia, atau ditulis di kota Antiokhia.
Sebab, adat istiadat yang berasal dari St. Paulus dan St. Lukas - yang populer di Antiokhia - adalah adat istiadat yang berbeda dengan
Didache. Hal ini menegaskan bahwa ia tidak berasal dari Antiokhia. Selain itu,
St. lgnatius dari Antiokhia tidak mengenal Didache, karena ia tidak mengutip
Didache sedikit pun di dalam suratsuratnya, yaitu surat-surat yang
memperlihatkan aturan-aturan yang sangat berbeda dengan
Didache.
104.S.C. Vo1.248, hlm. 96.
|
Comments
Post a Comment