SANGGAHAN AL-QURAN BAHWA NABI ISA WAFAT DI TIANG SALIB


Assalamualaikum waruhmatullahi wa Barakaatuh


PENDAHULUAN


Dalam tulisan ini saya mencoba untuk meluruskan informasi yang simpang siur mengenai kisah kronologis sekaligus pemahaman tentang penyaliban nabi Isa/Yesus di alquran walaupun harus saya akui informasi Kronologis sangat terbatas dalam alquran. Berikut Akan saya paparkan beberapa ayat-ayat al-quran untuk meluruskan pihak-pihak yang misinterpretasi terhadap ayat-ayat alquran agar tidak terus berlakelanjutan , maka dalam kesempatan ini saya akan membahasnya semampu yang saya bisa berdasarkan Tinjauan Alquran, Al-hadith, Ilmu Tafseer.
AYAT-AYAT AL-QURAN YANG MENERANGKAN SEPUTAR KISAH PENYALIBAN NABI ISA

وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَـكِن شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُواْ فِيهِ لَفِى شَكٍّ مِّنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلاَّ اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِيناً

[4:157] dan karena ucapan mereka : "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, 'Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan 'Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) 'Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah 'Isa.

بَل رَّفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزاً حَكِيماً

4:158] Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat 'Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

perhatikan pada surat 4 :157-158 dengan tegas Allah Subhanahu wa Taala membantah keras bahwa Isa Al-masih mengalami kematian di tiang salib, melainkan yang disalib adalah orang yang di serupakan dengan isa, nah timbul pertanyaan, siapakah orang yang telah diserupakan itu? Inshaa Allah nanti dibawah akan saya jelaskan pada bagian APPENDIX


Hasil gambar untuk gambar yesus disalibHasil gambar untuk gambar yesus disalib


Nah selanjutnya kita simak ayat selanjutnya dan lihatlah pada kalimat yang dicetak Bold

وَإِن مِّنْ أَهْلِ الْكِتَـبِ إِلاَّ لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَـمَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيداً

[4:159] Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya ('Isa) sebelum kematiannya (مَوْتِهِ ). Dan di hari kiamat nanti 'Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.

Mungkin timbul pertanyaan dari para pembaca yang budiman, katanya Isa Almasih diselamatkan oleh Allah SWT diangkat kelangit, tapi kok di ayat 4:159 ini Isa Almasih ini di terangkan Mati/Wafat?? bagaimanakah wafat yang dimaksud ??kalo wafat pastinya dikubur donk? lalu kuburannya dimana?? sebelum saya menjawab pertanyaan-pertanyaan ini supaya lebih gamblang dan jelas, saya akan tampilkan ayat-ayat Al-Quran lainnya yang menerangkan Isa Wafat: 
إِذْ قَالَ اللَّهُ يعِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَىَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُواْ وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُواْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَـمَةِ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

[3:55] (Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku mewafatkanmu ( مُتَوَفِّيكَ) dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya".

Nah di ayat 3:55 ini juga Al-quran menerangkan bahwa Allah mewafatkan isa Almasih juga??? Mari kita Bahas, perlu Pembaca yang budiman ketahui bahwa dalam bahasa Al-quran bahwasanya makna ”kematian/maut” (مَوْتِهِ/مُتَوَفِّيكَ) tidak selalu bermakna terambilnya ruh dari jasad. Selain dari makna itu tersebut, maka ada dua makna lain yaitu bermakna TIDUR atau MENGANGKAT/MENGAMBIL, perhatikan ayat berikut:

وَهُوَ الَّذِى يَتَوَفَّـكُم بِالَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُم بِالنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَى أَجَلٌ مّسَمًّى ثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ



[6:60] Dan Dialah yang MEWAFATKAN  kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan.

Coba sekarang kita analisa pada QS 6:60 ini, dimana di ayat ini mempunyai akar kata yang sama yakni MAUT/TAWAFA seperti ayat-ayat tentang isa Almasih diatas, sekarang ayat ini kita kritisi bersama-sama dengan mengartikan TAWAFA itu sendiri dengan mengggunakan 2 metodologi arti, kalo ayat ini diartikan dengan metode yang pertama yakni MATI yang sesungguhnya yakni ruh meninggalkan jasad, kira-kira menurut anda cocok tidak??? nah sekarang kita coba dengan arti dengan metode TAWAFA yang kedua yaitu bermakna TIDUR, menurut anda cocok tidak?? YUP yup betul sekali arti ayat TAWAFA di atas arti yang sebenarnya adalah TIDUR, sehingga artinya menjadi seperti berikut ini:

6:60] Dan Dialah yang MENIDURKAN kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan.
Untuk lebih memahami, perhatikan lagi ayat-ayat berikut:

اللَّهُ يَتَوَفَّى الاٌّنفُسَ حِينَ مِوْتِـهَا وَالَّتِى لَمْ تَمُتْ فِى مَنَامِـهَا فَيُمْسِكُ الَّتِى قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الاٍّخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى إِنَّ فِى ذَلِكَ لاّيَـتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

”Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya [QS. Az-Zumar : 42].

Di ayat ini kata MAUT dan TAWAFA berada dalam satu ayat, yang artinya TIDUR JUGA
Bukti lain ayat yang berwakna tidur, kita lihat dari hadist rasulallah saw berikut:

الحمد لله الذي أحيانا بعد ما أماتنا….
”Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami setelah mematikan (= menidurkan) kami… [HR. Al-Bukhari no. 6312].
Dengan di tangguhkannya kematian isa almasih dengan cara ditidur panjangkan oleh Allah SWT tentu ada maksudnya yakni selain menyelamatkan Isa  dari keganasan tiang salib terkutuk juga ada missi khusus atau kedatangan isa untuk kedua kalinya di akhir jaman nanti sesuai dengan penjelasan banyak hadist, apa sajakah itu?? berikut saya tuliskan sebagian hadistnya:
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ بَيْنِى وَبَيْنَهُ نَبِىٌّ – يَعْنِى عِيسَى – وَإِنَّهُ نَازِلٌ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَاعْرِفُوهُ رَجُلٌ مَرْبُوعٌ إِلَى الْحُمْرَةِ وَالْبَيَاضِ بَيْنَ مُمَصَّرَتَيْنِ كَأَنَّ رَأْسَهُ يَقْطُرُ وَإِنْ لَمْ يُصِبْهُ بَلَلٌ فَيُقَاتِلُ النَّاسَ عَلَى الإِسْلاَمِ فَيَدُقُّ الصَّلِيبَ وَيَقْتُلُ الْخِنْزِيرَ وَيَضَعُ الْجِزْيَةَ وَيُهْلِكُ اللَّهُ فِى زَمَانِهِ الْمِلَلَ كُلَّهَا إِلاَّ الإِسْلاَمَ وَيُهْلِكُ الْمَسِيحَ الدَّجَّالَ فَيَمْكُثُ فِى الأَرْضِ أَرْبَعِينَ سَنَةً ثُمَّ يُتَوَفَّى فَيُصَلِّى عَلَيْهِ الْمُسْلِمُونَ
Tidak ada nabi (yang hidup) antara masaku dan ‘Isa. Sungguh, kelak ia akan turun, jika kalian melihatnya maka kenalilah. Ia adalah seorang laki-laki yang sedang (tidak tinggi dan tidak terlalu pendek), berkulit merah keputih-putihan, beliau memakai di antara dua kain berwarna sedikit kuning. Seakan rambut kepala beliau menetes meski tidak basah. Beliau akan memerangi manusia hingga mereka masuk ke dalam Islam, beliau akan menghancurkan salib, membunuh babi dan menghapus jizyah (upeti). Pada masa beliau, Allah akan membinasakan semua agama selain Islam, Isa akan membunuh Dajjal, dan beliau akan tinggal di muka bumi selama empat puluh tahun. Setelah itu ia meninggal dan kaum muslimin menshalatinya.” (HR. Abu Daud no. 4324 dan Ahmad 2/437. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِى يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ – قَالَ – فَيَنْزِلُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ -صلى الله عليه وسلم- فَيَقُولُ أَمِيرُهُمْ تَعَالَ صَلِّ لَنَا. فَيَقُولُ لاَ. إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ أُمَرَاءُ. تَكْرِمَةَ اللَّهِ هَذِهِ الأُمَّةَ
Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang berperang memperjuangkan kebenaran dan meraih kemenangan hingga hari kiamat.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengatakan, “Kemudia Isa bin Maryam turun ke muka bumi. Lalu pemimpin mereka-mereka tadi mengatakan pada Isa, “Jadilah imam shalat bersama kami.” “Tidak. Sesungguhnya di antara kalian sudah menjadi pemimpin bagi yang lain. Allah betul-betul telah memuliakan umat ini”, jawab Isa.” (HR. Muslim no. 156)

فَبَيْنَمَا هُمْ يُعِدُّونَ لِلْقِتَالِ يُسَوُّونَ الصُّفُوفَ إِذْ أُقِيمَتِ الصَّلاَةُ فَيَنْزِلُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ فَأَمَّهُمْ
Dan ketika mereka sedang mempersiapkan peperangan dan sedang merapikan barisan, tiba-tiba datanglah waktu shalat, dan turunlah Nabi Isa bin Maryam, lalu ia mengimami mereka.” (HR. Muslim no. 2897). 

حدثنا ابن بشار، قال : ثنا عبد الرحمن، قال : ثنا سفيان، عن إبي رزين، عن إبي يحيى، عن ابن عباس : (وَإِنَّهُ لَعَلَمٌ لِلسَّاعَةِ). قال : خروج عيسى ابن مريم
Telah menceritakan kepada Ibnu Basyaar, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ’Abdurrahman, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Raziin, dari Abu Yahya, dari Ibnu ’Abbas radliyallaahu ’anhuma : Wa innahu la-’alamul-lis-saa’ah (dan sesunguhnya ‘Isa itu benar-benar menjadi pertanda datangnya hari kiamat), ia berkata : ”Yaitu keluarnya (turunnya) ’Isa bin Maryam (sebelum hari kiamat)” [Tafsir Ath-Thabari25/90].[2]
NOTE:

Ada sebagian kalangan liberal islam yakni orang-orang yang sudah kemasukan paham-paham filsafat liberal yang berkeyakinan bahwa turunnya Nabi ’Isa ’alaihis-salaam bertentangan dengan firman Allah :

مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مّن رِّجَالِكُمْ وَلَـكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيماً

”Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [QS. Al-Ahzaab : 40].
Ayat di atas telah menegaskan bahwa Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam adalah nabi dan rasul terakhir. Tidak ada nabi dan rasul setelah beliau.
Jawab :
  1. Nabi ‘Isa ‘alaihis-salaam diangkat sebagai Nabi dan Rasul adalah sebelum Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam. Penjelasan QS. Al-Ahzab ayat 40 sama sekali tidak bertentangan dengan “kenyataan” ini, karena setelah beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam memang tidak ada lagi nabi dan rasul yang Allah angkat. Karena beliaulahkhaatamun-nabiyyiin (penutup para nabi).
  2. Nabi ‘Isa ’alaihis-salaam tidaklah turun dengan membawa syari’at baru. Namun beliau turun dengan menyerukan dakwah tauhid dan menerapkan syari’at Nabi Muhammadshallallaahu ‘alaihi wasallam. Ada banyak hadits yang menjelaskan bahwa ‘Isa ‘alaihis-salaam meruntuhkan agama Nashrani dengan menghancurkan salib dan mematahkan banyak khurafaat orang-orang Nasharani yang berlebihan di dalam menghormati ‘Isa‘alaihis-salaam. Begitu juga ‘Isa akan membunuh babi yang mereka halalkan, sebagai penegasan terhadap keharaman babi (yang mana kaum Nashrani menghalalkannya), dan sebagai hinaan atas pengakuan cinta mereka kepada ‘Isa alaihis-salam bahwa mereka mengikuti jalannya.
    Lebih lanjut, diterangkan dalam hadits berikut :
    Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
    كيف أنتم إذا نزل بن مريم فيكم وإمامكم منكم


    ”Bagaimana keadaanmu jika telah diturunkan (’Isa) Ibni Maryam padamu sedangkan imam/pemimpinmu adalah orang yang berasal darimu sendiri”


    Lalu aku (Al-Walid bin Muslim sang perawi hadits) berkata kepada Ibnu Abi Dzi’b : Sesungguhnya Al-Auza’i telah menceritakan kepada kami dari Az-Zuhri, dari Nafi’, dari Abu Hurairah tentang lafal wa imaamukum minkum (”dan imammu adalah orang yang berasal darimu sendiri”). Ibnu Abi Dzi’b bertanya : “Tahukah engkau apa yang mengimami (memimpin)mu dari kalanganmu sendiri itu?”. Aku menjawab,”Sebaiknya kamu beritahu aku”. Ia menjawab,”Yaitu ia memimpin kalian dengan kitab Rabb kalian tabaaraka wa ta’ala dan Sunnah Nabi kalian shallallaahu ’alaihi wasallam” [HR. Muslim no. 155].
    Dari Jabir bin Abdillah radliyallaahu ‘anhu ia berkata : Aku mendengar Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
    لا تزال طائفة من أمتي يقاتلون على الحق ظاهرين إلى يوم القيامة قال فينزل عيسى بن مريم صلى الله عليه وسلم فيقول أميرهم تعال صل لنا فيقول لا إن بعضكم على بعض أمراء تكرمة الله هذه الأمة
    ”Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang berperang di atas kebenaran dengan mendapatkan pertolongan Allah hingga datangnya hari kiamat. Kemudian akan turun ‘Isa bin Maryam ‘alaihis-salaam, lalu pemimpin mereka berkata (kepada ‘Isa),”Kemarilah, silakan Anda mengimami kami shalat!”. Lalu ‘Isa menjawab,”Tidak, sesungguhnya sebagian kamu adalah pemimpin bagi sebagian yang lain, sebagai penghormatan dari Allah kepada umat ini”[HR. Muslim no. 156].
    Kembali ditegaskan bahwa ‘Isa turun tidak membawa syari’at baru, bahkan ia termasuk pengikut Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam. Tidak ada satu pun manusia yang muncul setelah wafatnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, kecuali ia merupakan bagian dari umatnya yang dibebani untuk menjalankan segala syari’at yang beliaushallallaahu ‘alaihi wasallam bawa. Hal itu sebagaimana diisyaratkan dalam hadits :
    لو كان موسى حيا بين أظهركم ما حل له إلا أن يتبعني
    ”Kalau seandainya Musa itu masih hidup di hadapan kalian, maka tidak halal baginya kecuali mengikuti aku” [HR. Ahmad no. Musnad Imam Ahmad 3/338. Ahmad Syakir berkata : ”Isnadnya hasan”].
Keempat : 
Hadits-hadits yang menjelaskan turunnya Nabi ‘Isa ’alaihis-salaam di akhir jaman termasuk klasifikasi hadits ahad yang tidak bisa dijadikan landasan dalam perkara keimanan !
Jawab :
Pernyataan ini tidaklah muncul kecuali dari orang yang bodoh terhadap ilmu hadits atau orang yang miskin dalam penelitian. Hadits mengenai ‘Isa ‘alaihis-salaam mencapai derajat mutawatir maknawy yang diriwayatkan oleh lebih dari 20 (duapuluh) orang shahabat. Bahkan ada ulama yang menyebutkan hingga 40 (empatpuluh) orang shahabat. Kemutawatiran hadits ini telah ditandaskan oleh beberapa orang pakar hadits dulu dan sekarang seperti Ibnu Katsir, Abul-Hasan Al-Abadiy (yang disepakati oleh Ibnu Hajar), Asy-Syaukani, Al-Albani, dan yang lainnya.
Kalaupun dianggap ahad, maka tetap tidak ada ruang atau celah yang memungkinkan untuk menolaknya. Sudah menjadi satu kesepakatan madzhab Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah untuk menerima semua jenis hadits yang shahih, baik melalui jalan ahad ataupun mutawatir dalam perkara ‘aqidah ataupun hukum.
Ibnu ‘Abdil-Barr Al-Andalusy telah mengisyaratkan ijma’ tentang penerimaan dan pengamalan khabar/hadits ahad dalam semua permasalahan agama (termasuk aqidah dan hukum), dimana beliau berkata :
وكلهم يدين بخبر الواحد العدل في الاعتقادات ، ويعادي ويوالي عليها ، ويجعلها شرعاً وديناً في معتقده ، على ذلك جميع أهل السنة
“….Dan semuanya berpegang kepada satu riwayat satu orang yang adil dalam hal ‘aqidah; membela, mempertahankannya, serta menjadikannya sebagai syari’at dan agama. Seperti itu pula pendapat jama’ah Ahlus-Sunnah” [At-Tamhiid oleh Ibnu ‘Abdil-Barr 1/8].

وأجمع أهل العلم من أهل الفقه والأثر في جميع الأمصار فيما علمت على قبول خبر الواحد العدل وايجاب العمل به إذا ثبت ولم ينسخه غيره من أثر أو أجماع على هذا جميع الفقهاء في كل عصر من لدن الصحابة الى يومنا هذا الا الخوارج وطوائف من أهل البدع شرذمة لا تعد خلافا

“Telah ijma’ ahli ilmu dari ahli fiqh dan atsar di seluruh penjuru (negeri-negeri Islam) – sepanjang saya ketahui – untuk menerima hadits ahad (hadits riwayat satu orang) yang adil (shalih dan terpercaya). Begitu pula (telah ijma’) untuk wajib mengamalkannya, jika ia telah shahih dan tidak di-nasakh (dihapus) oleh yang lainnya, baik dari atsar atau ijma’. Inilah prinsip seluruh fuqahaa di setiap negeri, sejak jaman shahabat hingga hari ini, kecuali Khawarij dan Ahli Bid’ah, yaitu sekelompok kecil yang (ketidaksepakatannya) tidak sebagai perbedaan pendapat”.
Abul-Mudhaffar As-Sam’any Asy-Syafi’i berkata : “Sesungguhnya hadits, jika benar dari Rasulullah shallallaau ‘alaihi wasallam, diriwayatkan oleh para imam yang tsiqah (terpercaya), dan orang belakangan mereka menyandarkan kepada orang terdahulu (dari) mereka hingga kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan diterima umat; maka hadits itu mewajibkan ilmu dalam apa yang berkaitan dengan ilmu. Ini adalah perkataan kebanyakan Ahli Hadits dan orang-orang yang menekuni As-Sunnah. Dan pendapat yang mengatakan bahwa hadits ahad tidak membuahkan ilmu dengan sendirinya, dan harus diriwayatkan secara mutawatir karena ilmu yang ada padanya; adalah sesuatu yang diada-adakan oleh Qadariyyah dan Mu’tazillah yang bertujuan menolak hadits-hadits” [Risalah Al-Intishaar li-Ahlil-Hadits yang diringkas oleh As-Suyuthi dalam Shaunul-Manthiq wal-Kalam hal. 160-161].

MAKNA MENGAMBIL/MEMEGANG

PART 1
Makna ini terambil sebagaimana jika dikatakan : (وَفَيْتُ مَالِي عَلَى فُلانٍ) ”Aku mengambil hartaku yang menjadi tanggungan Fulan”. Juga sebagaimana disebutkan dalam QS. Az-Zumar : 42 sebelumnya :

اللَّهُ يَتَوَفَّى الأنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا

”Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya” [QS. Az-Zumar : 42].

Makna ini adalah makna paling kuat diantara semua kemungkinan makna yang didukung oleh banyak mufassirin. Ibnu Jarir Ath-Thabari berada di barisan terdepan dalam memegang pendapat ini dimana ia mengatakan :

وأولـى هذه الأقوال بـالصحة عندنا قول من قال: معنى ذلك: إنـي قابضك من الأرض ورافعك إلـيّ, لتواتر الأخبـار عن رسول الله صلى الله عليه وسلم …….

”Yang lebih benar di antara pendapat-pendapat tersebut menurutku adalah pendapat yang mengatakan : Makna ayat tersebut adalah : ”Sesungguhnya Aku memegangmu dari bumi dan mengangkatmu kepada-Ku”; karena didukung oleh hadits-hadits mutawatir dari Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam…….” [Tafsir Ath-Thabari 3/2-3-204].

Makna ini adalah makna asli dalam bahasa Arab. Dalam kamus Taajul-Arus disebutkan :istaufaahu dan tawaffaahu artinya tidak meninggalkan sedikitpun. Kedua kata tersebut menunjukkan hasil atau akibat dari kata aufaahu [Taajul-Arus oleh Az-Zubaidi 1/394]. Kalimat mutawaffiika, yaitu pada kata tawaffaa pada asalnya bermakna ”memegang dan mengambil”. Dan dipakai secara majazi dengan arti “mematikan”, sebagaimana yang tertera dalam kitab Asasul-Balaghah karya Az-Zamakhsyari. Tentu saja, kaidah ushul yang menyatakan al-ashlu fil-kalaam al-haqiiqah (asal dari satu perkataan adalah makna hakikatnya) dalam pembicaraan ini masih berlaku. Dengan kata lain, mengalihkan makna hakekat (yaitu, makna : “memegang/mengambil”) kepada makna majaz (yaitu makna : “mati”), harus mendatangkan dalil (dan ini tidak mungkin, sebab dalil justru bertentangan dengan makna majaz).

PART 2

[3:55] (Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku  mewafatkanmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya".

4:158] Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat 'Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

NOTE: Tak sedikit orang bahkan dari kalangan islam sendiri yang sudah terkontaminasi otak liberal memahami dan memaknai kata MENGANGKAT dikedua ayat itu dengan mengartikannya sebagai kiasan yang artinya: MENGANGKAT DERAJAT ISA, menurut saya pendapat ini konyol dan tidak berdasar dan sangat lemah bahkan kalo ditinjau dari segi linguistik/tata bahasa arab, karena kata rafa’a (mengangkat) dalam ayat diatas diikuti dengan huruf ilaa (إلى).  Tidak bisa tidak – dalam tata bahasa Arab – bahwasannya kata itu bermakna sebagaimana hakekatnya, yaitu mengangkat sesuatu yang bersifat real/konkrit dari bawah menuju atas. Dalam Al-Qur’an terdapat beberapa kalimat yang sejenis, diantaranya : 

وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا وَقَالَ يَا أَبَتِ هَذَا تَأْوِيلُ رُؤْيَايَ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَعَلَهَا رَبِّي حَقًّا وَقَدْ أَحْسَنَ بِي إِذْ أَخْرَجَنِي مِنَ السِّجْنِ وَجَاءَ بِكُمْ مِنَ الْبَدْوِ مِنْ بَعْدِ أَنْ نَزَغَ الشَّيْطَانُ بَيْنِي وَبَيْنَ إِخْوَتِي إِنَّ رَبِّي لَطِيفٌ لِمَا يَشَاءُ إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ



Dan ia menaikkan kedua ibu-bapaknya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan berkata Yusuf: “Wahai ayahku inilah takbir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah setan merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” [QS. Yusuf : 100].
Di sini kata rafa’a diikuti dengan ’alaa (على), sehingga maknanya adalah bahwa Yusuf benar-benar menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana. Bukan menaikkan derajat orang tuanya di atas singgasana. Oleh karena itu, kalimat ini sangat sukar dibawa pada makna majazi (yaitu mengangkat derajat).
Begitu pula dengan kalimat wa raafi’uka ilayya (QS. Ali-’Imran : 55) dan bal rafa’allaahu ilaihi (QS. An-Nisaa’ : 158). Keduanya bermakna : Allah benar-benar mengangkat jasad serta ruh Nabi ’Isa ’alaihis-salaam ke atas menuju langit. Sangat tidak mungkin kedua kalimat itu dimaknai bahwa Allah mengangkat derajat Nabi ’Isa, karena bertentangan dengan tata bahasa, yakni kata ilayya (إِلَيَّ) atau ilaihi (إِلَيْهِ) menjadi tidak berfungsi.

NOTE:

INILAH DOA NABI ISA YANG INDAH

وَالسَّلَـمُ عَلَىَّ يَوْمَ وُلِدْتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيّاً

[19:33] Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali".

Nabi isa berdoa kepada Allah SWT untuk meminta perlindungan dan keselamatan pada 3 phase penting yang di lalui olehnya sebagai seorang manusia, yaitu pada hari lahir, mati, dan di bangkitkan lagi nati di alam akhirat, Doa beliau sama dengan doa Nabi Yahya berikut ini:


وَسَلَـمٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَياً
[19:15] Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.

KESIMPULAN
Telah jelas kini bahwa tidak ada pertentangan dalam Al-quran dari segi ayat maupun makna, maha suci allah yang telah menyelamatkan hambanya nabi isa alaihi salam dari keganasan, penyiksaan dan pembunuhan ditiang salib yang terkutuk, bahwa beliau suatu saat nati akan datang lagi turun kebumi untuk mematahkan salib dan membunuh babi, yakni meluruskan agama Allah yang telah di bengkokan, menurut alhadist setelah isa turun kebumi beliau hanya tinggal 40 tahun saja, setelah itu nabi isa diwafatkan secara normal oleh Allah swt dan kiamat akan segera datang menjemput, sekian dari saya, mohon maaf dari segala kekurangan semoga bermanfaat, wassalam
APPENDIX 
SESUAI JANJI SAYA DIATAS, SAYA AKAN MENGUNGKAP SIAPA SEBENARNYA ORANG YANG DISERUPAKAN DENGAN ISA ITU, TAPI HARUS DI INGAT APA YANG SAYA JELASKAN DIBAWAH INI BUKLAH SUATU KEPASTIAN KARENA ALQURAN SENDIRI TIDAK MENYEBUTKAN, INI HANYA PENDAPAT PRIBADI SAYA YANG DIAMBIL DARI BEBERAPA SUMBER

SOSOK JUDAS DALAM PERSFEKTIF ISLAM DAN KRISTEN
Mengenai Hawariyyun, Ijma’ sepakat berdasarkan Al-Quran, tidak ada yang berkhianat diantara mereka. Makna Hawariyun yang juga di maknai “mereka yang berpakaian Putih”, itu pun sudah cukup menjelaskan kalau mereka bersih dari keingkaran. "Penolong Isa as, para Hawariy diangkat karena pakaian putih." Menurut Ibnu Katsir 'Hawariy' dalam bahasa Arab bererti 'dukungan'. “Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata, "Hawariy berarti 'penolong'". [Imam Ibnu Katsir d.774/1352] " Yunus bin Habib mengatakan, Hawariy adalah "seorang yang tulus" dan Ibn Al-Kalbi ia didefinisikan sebagai makna "teman". [Qatadah d.117/695] seperti firman allah SWT berikut:

وَإِذْ أَوْحَيْتُ إِلَى الْحَوَارِيِّينَ أَنْ ءَامِنُواْ بِى وَبِرَسُولِى قَالُواْ ءَامَنَّا وَاشْهَدْ بِأَنَّنَا مُسْلِمُونَ
Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut 'Isa yang setia; "Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku". Mereka menjawab; "Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu)".QS. 5:111 • 
“siapakah di antara kalian yang bersedia diserupakan dengan aku, lalu dibunuh untuk menggantikan aku, maka ia akan menjadi temanku di surga” Maka tampillah salah seorang hawariyyun yang paling muda umurnya di antara mereka sebagai tanda kesediaannya, namun nabi Isa berkata : “Duduklah” Kemudian nabi Isa as mengulang lagi pertanyaan serupa, namun pemuda tersebut kembali berdiri sebagai tanda kesediannya, nabi Isa as pun menolaknya untuk kedua kalinya. “Duduklah” Kemudian nabi Isa as mengulang lagi pertanyaannya yang ketiga kalinya, dan pemuda itupun kembali berdiri menyatakan kesediannya, barulah nabi Isa as menerima dengan rasa haru atas keteguhan iman pemuda tersebut. “Engkaulah orang itu” ketika orang-orang Yahudi telah berhasil mengepung nabi Isa as, maka pemuda tersebut berubah menyerupai nabi Isa, akhirnya ia ditangkap oleh orang-orang Yahudi dan nabi Isa as selamat yang akhirnya terangkat ke langit (NOTE:pada saat inilah yesus diangkat oleh Alah dalam keadaan tertidur (mati), dan akan turun kelak menjelang hari kiamat untuk menghakimi orang-orang Yahudi. [ Abi Hatim dari Ibnu Abbas, tafsir Ibnu Katsir QS. 5:157]
Ada cerita yang beredar dikalangan umat islam bahwa yang disalib itu dan merupakan murid termuda yesus yakni yahuda (yudas ) sebagai bentuk ketaatan kepada gurunya, nah dari mana sumbernya kok umat islam tau bahwa itu yudas,? inilah jawabannya yang saya kutip dari seorang pakar islam:

Prof. Hamka :
” Mereka menerima riwayat dari orang–orang Yahudi dan Nasrani yang masuk Islam. Satu riwayat yang di nukilkan Ibnu Jaril menyatakan bahwa rupa Isa disamakan kepada Yahuda (Yudas) itu sendiri sehingga dialah yang ditangkap dan dialah yang disalib”.
 ….adapun riwayat–riwayat ini diterima oleh sahabat Rasullullah dan penafsir sesudahnya ialah orang-orang ahli kitab yang masuk Islam diantaranya Wahab Bin Munabbih.

Gambar ilustrasi yesus sedang berunding dirumahnya bersama dengan murid-muridnya pada saat-saat di kepung 

SEBAGAI BAHAN PERBANDINGAN SAYA KUTIPKAN AYAT BIBLE BERIKUT
“Tetapi, lihat, tangan orang yang menyerahkan Aku, ada bersama dengan Aku di meja ini.” -Lukas 22:21- (Kalimat 'tangan orang yang menyerahkan Aku' ditafsirkan sebagai konteks pengkhianatan Judas) 
“Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap ‘terbesar’ di antara mereka.” -Lukas 22:24- (Ayat ini ditafsirkan sebagai permasalahan dalam menduga siapakah si pengkhianat itu) 

Namun Jesus menjawab; “melainkan yang ‘terbesar’ di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang PALING MUDA dan pemimpin sebagai pelayan.” -Lukas 22:26- 

Jelas sekali persamaan versi pada dua sumber skriptur diatas. Hanya martabat dogma dan keimananlah yang merubah persepsi keduanya. Ibnu Katsir, berdasarkan riwayat Ibnu Abbas ra diatas, mengatakan pemuda yang diserupakan ialah Simon Petrus(Syam’un As-syafa), sementara, pada kitab yang sama juga di nukil keterangan Ibnu Ishaq ra, tentang Jumlah Hawariyuun sebanyak 12 pengikut yang di rekrut dari 12 suku bani Israil, jumlah ini sesuai dengan versi Nashrani. Dari 12 jumlah pengikut itu, Ibnu Ishaq ra, mencantumkan juga nama Judas. Jika, Judas juga tercantum sebagai Hawariyun, maka jelas bahwa Judas adalah termasuk dari mereka yang “bersih”, yakni memberi kita kepastian, bahwa JUDAS BUKANlLAH PENGKHIANAT. fakta ini sesuai dengan GOSPEL YUDAS, bahwa yudas itu bukanlah seorang penghianat justru yudas itu murid yesus yang paling loyal, dalam teks gospel tersebut yesus berkata kepada yudas: wahai yudas kaulah muridku yang paling setia karena engkau mau BERKORBAN UNTUK AKU (YESUS), pernyataan ini saya kutip dari Andrew Cockburn, National Geographic, May 2006]
CIUMAN YUDAS SEBAGAI TANDA KASIH DAN KEATAATAN BUKAN SEBAGAI PENGHIANATAN

Kristiani menafsirkan Ciuman Judas sebagai bentuk pengkhianatan Judas, dan cara ia menunjukan siapa Isa as. Sementara Islam memandang ciuman Judas adalah ekspresi ketaatan dan penghormatan Judas kepada gurunya, symbol keharuan juga sekaligus perpisahan dengan gurunya sebelum Isa as diangkat Allah ke Langit. 

Pada Matius 27:46 tertulis “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?"

Ayat itu dipahami mereka yang beriman pada teori Jesus/Isa as yang di salib, sebagai doa, bukan sebuah ratapan keluh kesah. Namun, ini mungkin menjadi rancu bagi mereka yang berkeyakinan sebaliknya. Pertama, tidak mutlaknya validitas ayat yang di catat Mathius, terutama pada kalimat doa itu, menimbang banyak kontradiksi pada riwayat skriptur mereka. Kedua, sangatlah ironis jadinya jika seorang yang “bersih” meratapi pengorbanannya. Dan pandangan kelangit, yang sering mereka gambarkan, lebih menunjukan kemungkinan besar itu sebuah tatapan haru bagi seseorang yang rindu kepada kekasihnya(gurunya), dengan harapan berjumpa dengan tuhannya (ALLAH). Tatapan itu lebih menunjukan ikhslasnya pengorbanan, atau kerinduan seorang mujahid kepada guru dan Rabb-nya. 


gambar ilustrasi yudas sedang mencium yesus sebagai tanda hormat dan kasih sayang sebelum berpisah dengan gurunya

Penyangkalan Petrus (Syam’un ash-syafa) mengenal gurunya: Kristiani menafsirkan penyangkalan Petrus sebagai bentuk kelemahan Imannya, sebab takut untuk ditangkap. [gospel Matius 26:69-74, gospel Markus 14:67-71, gospe Lukas 22:56-60 , gospel Yohanes 18-25-28] Islam memandang berbeda(tafsir Ibnu Katsir), penyangkalan Petrus adalah bukti kepahaman Petrus tentang siapa Jesus sebenarnya. Petrus telah mengetahui kalau Jesus itu adalah Judas yang telah di serupakan dengan gurunya. Itu kenapa dia menolak mengakui mengenal gurunya, sebab dia sudah mengetahui skenario sebenarnya. 

HANYA ALLAH SUBHANAHU WA TAALA YANG MAHA TAHU ATAS SEGALA SESUATU

وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالأْخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ

[2:4] dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.

أُوْلَٰـئِكَ عَلَى هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ وَأُوْلَٰـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ


[2:5] Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.

MATERI INI AKAN TERUS DI SEMPURNAKAN UNTUK LEBIH BAIK


































































Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

AYAT-AYAT PALSU ALKITAB YANG TERUNGKAP

DIALOG ISLAM VS KRISTEN PART 6

SURGA MILIK KRISTEN MENURUT ALKITAB